Oleh : Ensu
Belanegaranews.com – Bumerang adalah senjata lempar khas suku aborigin dari Australia yang digunakan untuk berburu. Sementara senjata serupa Throwing Stick (tongkat lempar) juga diketahui dibuat oleh kebudayaan-kebudayaan lain di seluruh dunia, kebanyakan orang mengasosiasikan bumerang dengan Australia karena konsistensi sejarah dan ragam contohnya. Gerakan bumerang adalah kombinasi translasi dan rotasi mirip baling-baling helikopter Bumerang digunakan sebagai alat berburu oleh suku Aborigin pada masa lampau. Sejak kecil suku aborigin dilatih menggunakan bumerang.mulai dilatih dari bumerang yang terbuat dari kayu kemudian bumerang dengan logam yang ujungnya tumpul dan dilatih menggunakan logam yang ujungnya tajam.
Seorang pelempar bumerang harus benar benar terlatih , dan mengetahui betul target yang dituju, tanpa hambatan dan berada di alam terbuka, jika tidak tepat sasaran maka bumerang akan balik kembali pada posisi pelempar berada, jika sang pelempar tidak mengetahui karakter bumerang, bukan sasaran yang kena, tetapi sebaliknya pelempar yang akan terluka oleh senjatanya sendiri.
Bumerang, dalam bahasa Indonesia adalah ungkapan untuk suatu perbuatan yang dituduhkan pada pihak lain tetapi tidak didasari kebenaran fakta, maka tuduhan itu akan berbalik menyerang sang penuduh.
Penulis disini tidak bermaksud menjelaskan seluk beluk bumerang suku Aborigin atau ungkapan dari peribahasa bahasa Indonesia,tetapi akan mengungkapan sebuah fenomena yang terjadi akhir akhir ini di ruang publik negri kita.
Genderang kini telah bertalu bersahutan, antusias menyambut dan mengisi tahun politik Indonesia, Pemilihan Umum sudah di pelupuk mata, para kontestan sudah siap dengan kuda kuda, dan memperagakan jurus andalannya. Para pendukung pun telah siap sempurna demi memberikan yel yel pada kontestan jagoannya, untuk gemulai menari memperagakan jurus khas dari paguronnya.
Hmmm…Layaknya seorang jawara, yang tentunya sudah sedikit banyak ikut pelatihan untuk tanding, terkadang memberi bisikan pada para suporter, “jangan takut kalian mensupport dan mendukung saya, karena toh kalau saya menang kalian bakal ikut menikmatinya”.
Mungkin itu kalimat yang saya imajinasikan dari seorang petanding, demi meraih kemenangan. Tak peduli pendukung babak belur, hingga saudara sekandung sekalipun menjadi musuh temporer di musim adu argumen tersebut.
Fakta saling lapor, untuk unjuk kekuatan fakta, untuk menangkis fitnah, ujaran kebencian, delik sara dan lain lain, sehingga ranah hukum dilibatkan demi mendapatkan keadilan. Fenomena saling lempar tuduhan, saling lapor pada pihak kepolisian, menghiasi suasana politik di tahun 2019 ini. Tetapi dari semua pelapor menyanggah bahwa fenomena tersebut tidak perlu dikait kaitkan dengan politik.
Sungguh miris menyaksikan fenomena tersebut, maaf di sini saya terpaksa menyebut kejadian akhir akhir ini dengan sebutan fenomena. Namun apa pun adanya kembali kepada rakyat negeri ini, rakyat sudah melek, rakyat semakin jeli dan pintar, mereka akan mengevaluasi semua ini, mereka akan tergerak dengan nuraninya untuk menentukan siapa pemimpin yang amanah di masa mendatang.
Rakyat telah melihat dengan jelas siapa pelempar bumerang yang sejati, siapa pelempar bumerang yang gadungan, pada akhirnya sang jawara jagoan akan ikut terluka dan terkapar karena membiarkan para kroninya saling lempar.
Waspadalah, ketika bumerang itu terlontar lalu tidak kena sasaran, dia akan melukai pelempar dan orang yang ada disekitarnya, lalu kedua pihak berdarah darah. Disaat sempoyongan kekurangan darah dan semangat, lalu munculah kelompok dari antah berantah hadir mengibarkan bendera atas nama pahlawan yang akan menikmati pesta diatas nestapa negeri ini.
Mari kita jaga negeri ini sesuai dengan kodratnya, yakni rukun dan damai, berdiri diatas kaki sendiri, jadi pribumi di negeri sendiri. Jagalah demokrasi negeri kita dari uluran tangan tangan jahil yang mau berdansa di atas kepala kita.
Indonesia bukan negeri wayang yang memerankan kurawa, astina, pandawa, yang pada akhirnya luluh lantah dengan perang saudara mahabarata. Tahanlah bumerang anda, jangan sampai melempar target bayang-bayang, yang pada akhirnya menjadi negeri yang penuh luka akibat ulah sendiri yang tidak bernalar, arogan dan bernafsu keserakahan.
Editor : Redaktur