Depok (BNNews) – Keluarga Digital Indonesia (KuGI) Rita Nurlita menyatakan banyak orang tua yang khawatir terhadap anaknya karena membaca berbagai pemberitaan tentang perilaku buruk anak-anak dan remaja yang telah dipengaruhi oleh berbagai konten negatif di internet. “Berbagai berita di media membuat orang tua khawatir,” kata Rita dalam Talkshow Be Social Media Peacemaker di Kantor Walikota Depok pada Sabtu (23/03/2019).
Dilansir dari website Kominfo pusat, alam rangkaian acara Seminar Nasional dan Lokakarya School of Influencer itu, Rita menjelaskan bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia adalah pengguna internet dan 16 persen diantaranya adalah anak-anak dan remaja. Kondisi itu, kata Rita Nurlita harus disikapi orang tua dengan mendampingi anak-anaknya saat menjelajahi dunia internet. “Maka dari itu para orang tua perlu untuk mendampingi anak-anaknya saat menjelajahi dunia internet,” ungkapnya.
Menurut Pranata Humas di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Depok itu, orang tua memiliki dan memegang peran penting dalam melakukan pembinaan kepada anak-anak. “Sebagai orang tua, punya tugas untuk mendampingi anak-anak agar menjadi orang hebat dan pemenang di era digital,” ungkapnya.
Bagi Rita Setia, meskipun banyak konten negatif di internet yang dapat berpengaruh buruk terhadap anak-anak dan remaja. Namun, keberadaan internet juga mampu memunculkan berbagai karya kreatif dari anak-anak muda yang bermanfaat bagi masyarakat. “Banyak aplikasi yang dibuat anak muda berguna untuk masyarakat,” kata pendiri Komunitas Internet Sahabat Anak (KISA).
Ia berbagi cara untuk memanfaatkan internet secara positif dan produktif dan mengurangi dampak negatif internet. “Cara agar keren dengan internet adalah terus belajar dan jangan pernah puas. Ada rumus 4D+1N: dekat-dukung-dampingi-diskusi-nikmati,” paparnya.
Melalui KISA, Rita Setia menjelaskan upaya untuk membantu mengatasi keresahan para orang tua ini. “Wadah ini memang tempat berbagi tentang isu-isu parenting dan mengadakan pelatihan bagi anak-anak. Selain itu, ia juga mendirikan KISA Muda yang melakukan pembinaan pada anak-anak usia remaja,” jelasnya.
Salah satu kegiatan yang dilakukan KISA Muda adalah mendatangi berbagai sekolah dan berbagi informasi tentang internet sehat. “KISA Muda datang ke sekolah-sekolah dan sharing internet sehat,” ujarnya.
Pendiri Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa) Diena Haryana meminta agar anak muda memproduksi konten-konten positif yang membangun kedamaian. Selain itu ia menginginkan ada lebih banyak konten yang mengangkat isu-isu pelestarian lingkungan. “Menjaga lingkungan dan menjadi peacemaker,” kata Diena.
Diena Haryana mengajak anak-anak muda mau bekerja keras sesuai kemampuannya untuk kemajuan bangsa, negara, dan dunia.
Pembuat konten dari Cameo Project, Reza Nangin menjelaskan bahwa konten negatif semakin bertebaran di internet, sedangkan konten positif jumlahnya lebih sedikit. “Banyak berita negatif disodorkan ke kita dan sedikit pilihan untuk konten positif,” kata Reza.
Ia meminta agar para pemilik akun di media sosial selalu mengangkat konten-konten yang inspiratif agar dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. “Setiap kita buat follower waktu mereka datang ke sosial media kita, mereka merasa lebih baik,” ujarnya.
School of Influencer merupakan inisiatif bersama Kementerian Kominfo dengan Gerakan Literasi Digital untuk membangun literasi digital di kalangan warganet. Inisiatif itu menyasar anak-anak muda Indonesia untuk memproduksi konten kreatif seperti video, gambar, artikel, blog atau vlog yang positif di Internet. Melalui inisiatif itu, Kementerian Kominfo mendorong pengembangan konten positif di Internet.
Acara yang diikuti oleh 300 anak muda, mahasiswa, dan warga Depok itu juga dihadiri Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Depok Elly Farida, dan Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Hukum, Henri Subiakto. (R81)