Rumah Tidak Layak, di Huni Dua Kakak Beradik yang Ditinggal Ibunya Bekerja ke Luar Negeri

Sharing is caring!

BN NEWS || Garut – Kemiskinan masih menjadi masalah yang serius di wilayah Kabupaten Garut. Salah satu potret yang mencerminkan kondisi kemiskinan yang dialami oleh sebagian masyarakat adalah rumah tidak layak huni.

Bacaan Lainnya

Rumah tidak layak huni merupakan rumah yang tidak memenuhi standar kesehatan dan keamanan yang layak untuk ditempati. Rumah semacam ini seringkali tidak memiliki dinding yang kokoh, atap yang bocor, fasilitas sanitasi yang buruk, serta tidak memiliki sumber air bersih. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kualitas hidup penghuninya.

Salah satu contoh adalah sebuah rumah tidak layak huni yang berada di Kampung Pamegatan, Garut, menjadi tempat tinggal bagi dua orang kakak beradik yang ditinggal oleh ibunya yang bekerja ke luar negeri. Rumah tersebut berdindingkan bilik bambu yang sudah lapuk, sebagian genting pun sudah tidak berada di posisinya karena jatuh akibat kayu yang sudah lapuk. Nampak salah satu jendela yang sudah tidak berkaca hanya ditutupi oleh kain, membuat kondisi tempat tinggal mereka semakin memprihatinkan.

Kedua kakak beradik yang bernama Sela (18) dan Silvi (15) tinggal di rumah tersebut merupakan perempuan. Sela sudah tidak sekolah dan adiknya Silvi masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Cikajang kelas IX. Mereka berdua harus bertahan hidup di rumah yang tidak layak huni itu. Lokasi rumah berada di Kampung Pamegatan RT 2 RW 5, Desa Mekarjaya, Kecamatan Cikajang, Garut.

Menurut keterangan Cucu Ruhyat Ketua RT setempat, ia sudah beberapa kali mencoba mengajukan bantuan program perumahan layak huni (rutilahu) untuk membantu kedua kakak beradik tersebut. Namun, permohonan bantuan selalu tidak diakomodir dengan alasan status tanah tempat rumah itu berdiri bukan milik pribadi, melainkan tanah eks PDAP.

Kondisi tersebut membuat dua kakak beradik itu harus terus menerus tinggal di rumah yang tidak layak tersebut tanpa adanya bantuan yang bisa diterima. Ketua RT bersama Dida tokoh pemuda kampung tersebut berharap agar pihak terkait dapat memberikan perhatian dan solusi untuk membantu kedua kakak beradik tersebut agar dapat tinggal di tempat yang layak dan aman.

“Sementara untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Sela dan Silvi hanya mengandalkan kiriman uang bulanan dari ibu nya yang bekerja di luar negeri. Untuk menutupi kekurangan sehari-hari kedua kakak beradik itu mengandalkan uluran tetangga dari tetangga di sekitar,” ucap Dida.

Kondisi dinding rumah yang terbuat dari bilik dan juga kayu yang nampak sudah lapuk bahkan ada sebagian kaca yang hanya ditutupi dengan kain membuat keamanan dua kakak beradik tersebut tidak bisa terjamin. Sementara aspek keamanan merupakan salah satu aspek penting yang tidak bisa diabaikan ketika membicarakan tentang rumah tidak layak huni.

Hal ini tentunya menjadi masalah serius karena dapat membahayakan nyawa penghuninya. Selain itu, kondisi rumah yang tidak aman juga membuka peluang bagi kejahatan, seperti perampokan atau pencurian.

Para tetangga juga sempat memberikan bantuan seadanya kepada kedua kakak beradik tersebut, namun mereka berharap agar ada solusi jangka panjang yang dapat memberikan tempat tinggal yang layak bagi mereka. (CG)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

1 Komentar