Lestarikan Silaturrahmi,Putra Putri Serta Cucu Almarhumah Gelar Tradisi Tahlilan 7 Sampai 1000 Hari

Sharing is caring!

BN News. Banyumas || Silaturrahmi adalah salah satu amalan yang sangat penting dalam Islam, karena memiliki banyak manfaat dan hikmah bagi individu juga masyarakat. Dan Tahlilan merupakan tradisi Islam yang dilakukan untuk mengenang dan mendoakan orang tua yang telah meninggal dunia, dilaksanakan pada malam pertama setelah orang tua meninggal dunia dan pada malam-malam selanjutnya, seperti hari ke-1 sampai 7, ke-40, ke-100, dan hari ke-1000 setelah kematian. Dalam Bahasa Jawaanya, Biasa disebut dengan istilah sedino, rongdino, telung ndino, mitung ndino, matangpuluh, nyatus, dan nyewu.

Bacaan Lainnya

Demikian yang disampaikan Adinda Prameswari Kusumadhati, Salah satu Cucu perempuan dari almarhummah Hj. Mudyayanah, dilokasi setelah selesai Yasin Tahil Malam Ke-40 kepada awak media, Senin (03/02/2025).

Adinda juga menyampaikan banyak hal, Pada malam pertama, tahlilan dihadiri oleh putra-putri, menantu, cucu, anggota keluarga lainnya dan tetangga berkumpul di rumah almarhumah

“Selama acara tahlilan, dibacakan ayat Al-Quran, Yasin, Al Baqarah, Talil, kalimat toyyibah, doa-doa untuk memohon ampun dan rahmat Allah SWT.” Ungkapnya.

“Selain itu, tahlilan juga diisi dengan pembacaan sholawat dan dzikir untuk menguatkan iman dan mendekatkan diri pada Allah SWT.” Tandasnya.

Adinda juga menambahkan, bahwa sebelumnya pada hari ke-7 setelah Mbah Uti meninggal dunia, tahlilan dilakukan kembali dengan tujuan untuk memberikan penghormatan terakhir dan memperkuat iman keluarga yang ditinggalkan.

Selain itu, tahlilan hari ke-7 juga dianggap sebagai hari yang penting dalam mempersiapkan almarhumah untuk menghadap kepada Gusti Allah SWT.

Pada hari ke-40 setelah kematian, tahlilan biasanya dilakukan lagi untuk menandai berakhirnya masa berkabung anggota keluarga, yang dianggap sebagai waktu yang paling berat bagi keluarga yang ditinggalkan.

Pada hari ke-100 setelah kematian, tahlilan kembali dilakukan sebagai bentuk penghormatan terakhir dan untuk mengenang almarhumah.

Pada hari itu, keluarga biasanya mengumpulkan orang-orang yang terkait dengan almarhum/almarhumah untuk melakukan tahlilan bersama-sama dan meneruskan sambungan tali silaturrahmi.

Sedangkan pada hari ke-1000 setelah kematian, tahlilan biasanya dilakukan oleh keturunan atau keluarga terdekat yang masih hidup, sanak saudara, kerabat, tetangga, sebagai bentuk penghormatan dan pengenangan terhadap almarhum/almarhumah, juga lebih menguatkan tali silaturrahmi.

“Di antara nyatus dan nyewu biasanya juga dilakukan tahlilan mendhak pisan dan mendhak pindho yakni peringatan setahun kematian dan dua tahun kematian.” Imbuhnya.

Lebih lanjut Adinda menjelaskan, bahwa Malam ini, Senin Malam (03/02/2025), Bu Dhe, Pak Dhe, Om, Tante, Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Ponakan, bersama para tetangga melaksanakan Yasin tahlil ke-40 dan kirim doa.

“Dalam Yasin Tahlil malam ke-40, secara khusus menggenang dan mendoakan almarhumah Mbah Uti Hj. Mudyayanah Binti Djaelani, Lahir 19/08/1952, dan meninggal dunia pada tanggal 25/12/2024. Juga dilaksanakan mendoakan almarhum Mbah Kakung H. Soebari Bin Imam Muchtar, Lahir 25/05/1949, dan meninggal dunia pada tanggal 26/01/2006.” Pungkasnya. (Djarmanto-YF2DOI//Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.