Refleksi Hari Pahlawan 2025 Menyalakan Kembali Nyala Perjuangan di Tengah Luka Alam

  • Whatsapp

Sharing is caring!

Garut || Di kalender bangsa, hari ini 10 November 2025.  Pahlawan selalu datang seperti ketukan lembut di pintu nurani. Ia mengajak kita menunduk sejenak, menatap jalan panjang yang dibangun oleh keberanian para pejuang. Namun, ada gema lain yang tak dapat diabaikan: suara bumi yang mulai serak. Hutan digunduli, tanah disayat, sungai kehilangan kejernihannya. Seolah alam ikut berduka, menjadi saksi bahwa perjuangan belum selesai.

Bacaan Lainnya

Tema Hari Pahlawan 2025, “Pahlawanku Teladanku, Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan,” menawarkan ruang renungan yang lebih luas. Ia bukan hanya tentang mengenang, tetapi tentang bergerak. Bukan sekadar memuja masa lalu, tetapi merawat masa depan. Dan dalam lanskap Indonesia hari ini, perjuangan itu tak lagi hanya soal senjata atau penjajah, melainkan tentang mempertahankan rumah besar bernama bumi.

Generasi muda hari ini tumbuh dengan dua wajah kenyataan warisan kemerdekaan yang mahal dan kenyataan alam yang rapuh. Mereka mewarisi tanah air yang pernah diperjuangkan dengan darah, tetapi juga tanah yang kini porak-poranda oleh alih fungsi lahan, eksploitasi yang berlebihan, dan pilihan manusia yang tak ramah semesta.

Namun justru di titik itulah ruh kepahlawanan menemukan bentuk barunya. Di masa lalu, para pahlawan mengangkat bambu runcing. Di masa sekarang, generasi muda mengangkat kesadaran, kepedulian, dan aksi nyata untuk menyelamatkan lingkungan.

Keduanya lahir dari sumber yang sama: cinta kepada tanah air.

Ketika hutan di berbagai daerah berubah menjadi barisan tanah gundul, kita sedang menyaksikan halaman depan negeri ini kehilangan warnanya. Burung kehilangan rumah, mata air kehilangan penjaga, dan bencana berdatangan tanpa mengetuk.

Kerusakan ini tidak berdiri sendiri. Ia adalah hasil dari pilihan demi pilihan yang jauh dari teladan para pahlawan. Sebab pahlawan sejati selalu menjaga tanah yang mereka perjuangkan, bukan merusaknya.

Maka Hari Pahlawan 2025 menjadi momen strategis untuk bertanya: Apakah kita sudah menjaga kemerdekaan bumi yang sama gigihnya dengan menjaga kemerdekaan negara?

Semangat “Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan” bukan sekadar slogan. Ia adalah undangan agar generasi muda tidak hanya menjadi pengagum sejarah, tetapi pelanjut perjuangan yang relevan dengan zaman.

Hari ini, bentuk perjuangannya berubah: menanam pohon di tanah yang mulai sepi pepohonan, mengembalikan hutan yang direnggut alih fungsi, menjaga air dan tanah agar tetap hidup, mengurangi sampah, membatasi konsumsi, mengajak masyarakat menanamkan kembali budaya ramah lingkungan, bersuara ketika alam terancam.

Aksi-aksi ini mungkin tidak seheroik pertempuran fisik, tetapi ia menyelamatkan kehidupan. Para pahlawan dahul memperjuangkan ruang hidup; generasi muda kini bertugas menjaga kesinambungannya.

Pahlawan adalah mereka yang berkorban untuk sesuatu yang lebih besar daripada dirinya. Semangat inilah yang perlu ditiru generasi muda dalam menghadapi krisis lingkungan. Karena melindungi alam bukan pekerjaan sekejap, melainkan perjalanan panjang yang memerlukan keteguhan hati.

Teladan para pahlawan mengajarkan bahwa: keberanian tak selalu berwujud senjata, kesetiaan tidak hanya untuk bangsa, tetapi juga untuk bumi tempat bangsa itu hidup, pengorbanan adalah memilih yang benar meski tidak populer.

Refleksi Hari Pahlawan 2025 membuka mata kita bahwa Indonesia masih membutuhkan pahlawan. Bukan hanya pahlawan yang berdiri di medan perang, tetapi pahlawan yang hadir di medan kehidupan. Di kebun, di lereng gunung, di pinggir sungai, di ruang kelas, di komunitas kecil, di mana pun bumi memohon untuk dipulihkan.

Generasi muda adalah pewaris bangsa, sekaligus pewaris alam. Jika keduanya dijaga, masa depan akan tetap memiliki warna.

Sebab perjuangan belum selesai. Dan bumi, sama seperti kemerdekaan, layak diperjuangkan setiap hari.

Ditulis oleh:
Cepi Gantina Relawan Bela Negara Kolaborasi Hijau

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.