BN News. Banyumas || Dalam menghadapi dan menyikapi perbedaan pendapat dan konflik, Junjungan kita Rasulullah SAW, selalu mengedepankan Silaturrahmi, dialog dan musyawarah, sebagai cara yang utama untuk mencapai sebuah kebersamaan dalam perdamaian dan guyub rukun kehidupan yang harmonis.
Kegiatan silaturrahmi kali ini, diprakarsai dan juga dilaksanakan Senin (23/09/2024) di rumah KH. Ir. Sisno Sujana, M.Si., Tambaksogra, Sumbang, Banyumas, dihadiri Kepala Kantor Kementerian Agama Kab Banyumas Dr. H. Ibnu Asaddudin, S.Ag., M.Pd., bersama beberapa staf jajarannya, Pengusaha dan pemilik rumah batik Anto Jamil Sokaraja Imam Purwanto bersama sahabatnya, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan sahabat tuan rumah, juga awak jateng.kabardaerah.com.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banyumas Dr. H. Ibnu Asaddudin, S.Ag., M.Pd., menyampaikan, pertama niat ingsun silaturrahmi, kedua ikut ngopi, dan yang ketiga mau juguran lika-liku mengarungi kehidupan dengan berbagai macam perbedaan dan keberagamaan yang ada.
“Kami berniat mau belajar dan mohon diajari tentang nilai-nilai tersebut akan menjadi inspirasi bagi banyak pihak dalam menjaga toleransi dan kerukunan kehidupan umat yang beraneka ragam asal usul daerah, kapasitas, ilmu, pekerjaan, jabatan, usaha, suku, budaya dan agama di Banyumas,” ungkapnya.
KH. Ir. Sisno Sujana, M.Si., salah satu senior dalam dunia beladiri pencak silat perguruan insan aji Tambaksogra Sumbang Banyumas, yang juga sebagai senior aktifis Nahdlatul Ulama Banyumas, menekankan pentingnya implementasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat di Banyumas.
Dalam pernyataannya, Ia menyebutkan bahwa perbedaan apapun bentuknya, bukanlah penghalang untuk saling bekerja sama, saling berkolaborasi, saling bantu membantu, saling tolong menolong, saling gotong royong, hidup guyub rukun, itu semua sebuah sunnatullah, yaitu sesuatu yang sudah menjadi ketetapan Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa.
“Sudah menjadi sunnatullah kita itu berbeda, tetapi perbedaan bukan menjadi halangan untuk kita berkolaborasi, silaturahmi, bekerja sama dan guyub rukun. Kita bisa mencontoh kepada pendiri negeri ini dahulu. Kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar 1945 sepakat bahwa dasar negara kita bukan Dasar Islam tetapi berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga diterima oleh semua umat beragama,” Ungkapnya, Senin (23/09/2024) Sore.
Ia menegaskan bahwa perbedaan agama dan keyakinan, perbedaan pekerjaan, jabatan, kapasitas bidang keilmuan dan perbedaan usaha, bukan alasan untuk menimbulkan konflik, melainkan kesempatan untuk memperkuat persatuan melalui musyawarah dan dialog. Landasan negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, menurutnya, merupakan simbol penerimaan terhadap keragaman keyakinan yang ada di Indonesia.
“Dengan meneladani Rasulullah Muhammad SAW dalam menghadapi segala bentuk perbedaan dan konflik, masyarakat Indonesia diharapkan dapat terus membangun harmoni dan memperkuat tali persaudaraan, termasuk juga terlepas dari perbedaan keyakinan yang ada, apalagi hanya perbedaan jabatan pekerjaan, kapasitas keilmuan, usaha dan perbedaan-perbedaan lainya,” Pungkasnya.
Kegiatan ditutup dengan foto bersama, dan bersama-sama mengucapkan yel-yel, “Masalah Sulit Pasti Akan Selesai Dengan Rasa Cinta”, Karena cinta itu karunia dari Allah SWT. Orang yang tidak punya cinta, tidak akan bisa menebar cinta dan kasih kepada makhluk Allah SWT yang lain. (Djarmanto-YF2DOI//Red).