Harga Ayam Anjlok, Dispertan Kota Semarang Akan Gandeng CSR untuk Stabilkan Harga

Sharing is caring!

Semarang. (BN News) – Kepala Dinas Pertanian dan Pertenakan (Dispertan) Kota Semarang, Wahyu Permata Rusdiana, tidak menyangka harga ayam broiler di kalangan peternak Jawa Tengah pada kisaran Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per kilogram.

Hal tersebut dinilai rendah jika dibanding dengan harga daging ayam di kalangan pedagang yang berada pada kisaran Rp 25.000 hingga Rp 30.000.
Hal tersebut diketahui usai pihaknya menerima informasi dari Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia Jawa Tengah (Pinsar Jateng) yang berencana akan membagikan ayam lantaran murahnya harga ayam di kalangan peternak.

“Kemarin saya bingung, ada peternak bilang harganya Rp 7.000, padahal saya beli di pasar harganya Rp 25.000,” ungkap Rusdiana, baru- baru ini.

Menurut Rusdiana, harga tersebut dinilai rendah lantaran tidak sebanding dengan harga yang ada di pasaran. Pihaknya pun akan segera melakukan pengecekan harga ayam broiler di kalangan peternak Kota Semarang.

Jika memang harga ayam broiler di Kota Semarang rendah dan merugikan para peternak, pihaknya akan bekerjasama dengan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membeli ayam para peternak sebagai upaya untuk menstabilkan harga. Hal tersebut akan dilakukan hingga harga ayam broiler benar-benar stabil.

“Nanti akan kami cek. Jika memang dinilai merugikan peternak, kami akan gandeng CSR untuk beli ayam dari peternak hingga semua benar-benar stabil,” tuturnya.

Diakuinya, pihaknya belum meneliti penyebab murahnya harga ayam di kalangan peternak dan mahalnya di kalangan pedagang.

Beberapa waktu lalu, dia mengecek harga ayam di peternak Kota Semarang masih pada kisaran Rp 15.000.
Jika para pedagang langsung membeli kepada para peternak, tentunya harga ayam di pasaran tidak akan semahal saat ini.

Dia memprediksi mahalnya harga ayam hingga kalangan pedagang dikarenakan pedagang membeli tidak langsung dari peternak namun melalui beberapa pengepul.

“Kami belum meneliti sampai sana. Ini harus dicek dulu. Kadang-kadang pedagang membeli sudah melalui beberapa pengepul,” katanya.

Seorang peternak yang juga menjadi broker ayam, Sukoyo mengatakan, sudah sekitar sebulan harga ayam broiler tidak stabil.

Harga dari peternak sebesar Rp 5.000 per kilogram, lalu dia jual di rumah pemotongan ayam (RPA) seharga Rp 7.000 per kilogram.

“Peternak bangkrut. Harganya rendah sedangkan biaya operasionalnya bisa mencapai Rp 15.000. Ini namanya penghancuran. Saya bingung kenapa seperti ini. Di kami murah di pasar mahal. Yang untung pedagang pasar,” ujarnya.

Dia berharap, pemerintah segera bertindak agar harga ayam dapat kembali stabil dan tidak dikuasai oleh pihak asing.

Sementara itu, seorang pedagang ayam potong Pasar Johar Relokasi, Rani (47) mengatakan harga ayam memang mengalami penurunan sejak setelah lebaran.

Saat sebelum lebaran, pihaknya membeli ayam broiler hidup Rp 19.000 per kilogram. Setiap hari harga ayam mengalami penurunan hingga saat ini pada kisaran Rp 13.000.

“Kalau harga dari peternak saya tidak tahu berapa karena saya beli dari pengepul. Kalau peternaknya ya dari luar kota,” ungkap Rani.

Rani melanjutkan, saat ini pihaknya menjual ayam potong Rp 27.000 ribu per kilogram. Harga tersebut turun dari harga saat lebaran yang mencapai Rp 32.000.

“Dari pengepul memang harganya Rp 13.000 ribu per kilogram. Tapi itu kan masih kotor. Masih harus dipotong, dibersihkan kotoran-kotorannya. Bahkan satu kilo ayam hidup kalau sudah mati tidak sampai satu kilo,” paparnya. (andre/R.1820).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.