Pedagang Dugderan Berjualan di Sekitar Pasar Johar Semarang, Mremo Jelang Puasa

Sharing is caring!

Semarang (BNNews) – Puluhan warga masyarakat Semarang memadati jalan kawasan Pasar Johar Semarang untuk datang ke pasar rakyat dugderan, Jumat (26/4). Tradisi pasar rakyat dukderan ini rutin dilakukan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.  Sejumlah pedagang telah memadati sekitaran Pasar Johar, Jalan Pemuda, dan Jalan Agus Salim, baru- baru ini.

Mereka turut memeriahkan momen dugderan yang telah menjadi agenda rutin menyambut bulan ramadan. Tentu, momen ini sangat dinanti oleh para pedagang untuk meraup keuntungan.

Mayoritas pedagang didominasi oleh pedagang gerabah dan permainan anak-anak. Selain itu, beberapa wahana permainan seperti komedi putar, bianglala, tong stand dan lain-lain juga nampak di sekitaran Johar.

Pedagang gerabah, Zubaedah (57) mengaku, moment Dugderan memang sangat dinantikannya. Menurutnya, semenjak Pasar Johar memgalami kebakaran beberap tahun silam, gelaran Dugderan kurang begitu meriah.

“Saat Pasar Johar kebakaran menjelang Ramadan 2015 lalu, saya sudah menyediakan dagangan, tapi ketika kebakaran malah diinjak-injak oleh orang yang menonton kebakaran tersebut,” paparnya.

Pada saat itu, dia sempat mengalami kerugian sekitar Rp 7 juta. Kali ini, dia berharap, dugderan bisa ramai seperti sedia kala dan bisa meraup keuntungan sebanyak-banyaknya meski Pasar Johar masih dalam proses pembangunan.

Pada dugderan kali ini, wanita yang kesehariannya berjualan makanan di rumah, telah mempersiapkan dagangan mainan sejak jauh-jauh hari. Dagangan tersebut dia ambil dari Mayong, Jepara.

“Saya beli sedikit-sedikit dan sudah pesan jauh-jauh hari. Total saya beli dagangan saya ini sekitar Rp 3 juta sudah dapat satu pick up berupa gerabah mainan untuk anak seperti, mangkuk, piring, celengan dan lain-lain yang saya beli,” jelasnya.

Dalam sehari, dia mengaku bisa menghasilan pendapagan kotor sekitar Rp 200 ribu. Dia telah membuk lapak di Jalan Agus Salim baru- baru ini. Namun, pada kamis malam, hujan turun sehingga di terpaksa menutup lapaknya kembali.

” Wahana permainan yang ada di Dugderan tidak jadi dimainkan karena kondisi cuaca yang tidak bersahabat,” katanya.

Seorang pengunjung, Alfiatika Sari mengaku, menikmati gelaran dugderan ini. Meski membuat lalu lintas sedikit ramai, dia menilai gelaran dugderan ini sangat perlu untuk terus di lestarikan. Sebab, tidak semua kota memiliki tradisi seperti ini.

“Saya belum pernah tahu dugderan. Di tempatku, Kebumen, tidak ada dugderan. Saya baru tahu sejak kuliah di Semarang,” tutur Tika yang telah tinggal di Semarang sejak 2013.

Selain memanjakan para pengunjung dengan berbagai permainan dan dagangan, menurutnya, dugderan ini dapat memberikan berkah jelang puasa bagi para pedagang yang meraup keuntungan. (hardi/R.1820).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.