Semarang (BNNews) – Dua bocah laki-laki warga Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi korban runtuhnya tembok nama SDN Pakintelan 01, baru- baru ini.
Masing-masing siswa itu bernama Mohamad Rehan Ditya Pratama (10) dan Ridlo Adytia Saputra (10).
Rehan meninggal dalam perjalanan ke RSUD Ungaran. Adapun Ridlo kritis, masih mengalami perawatan intensif karena luka berat di kepala, kaki, dan punggung.
Tembok yang runtuh memiliki tinggi 2,5 meter, lebar sekitar 7 meter. Seorang warga yang turut mengevakuasi korban, Imam Daan Mubarok (35), menjelaskan musibah yang menelan korban jiwa ini terjadi pukul 13.00 WIB.
“Runtuh waktu istirahat (sekolah) setelah sholat dzuhur. Dua anak ini habis sholat terus jajan, kemudian main-main di sekitar situ. Keduanya diperkirakan duduk di depan tembok. Tiba-tiba ada suara letusan kencang sehingga saya lari ke luar rumah,” jelasnya, baru-baru ini.
Rumah Imam tepat berada di seberang sekolah. Dia pun melihat kedua bocah itu dalam posisi tergeletak di bawah reruntuhan tembok. Keduanya langsung dievakuasi oleh Imam dan tiga warga lain. Masing-masing mengalami luka di kepala, kaki, dan punggung.
Korban dilarikan menggunakan mobil ke RSUD Ungaran oleh warga yang didampingi petugas Polsek Gunungpati.
“Yang satu (Rehan) dalam perjalanan meninggal, terus yang satu lagi (Ridla) kritis,” lanjutnya.
Tembok ini diperkirakan berusia satu tahun. Imam menduga, robohnya tembok nama ini disebabkan kontruksi bagian bawah yang jelek.
“Jadi kondisi tembok kalau dilihat masih bagus karena baru satu tahunan (usianya). Tetapi kurang baik karena tidak pakai cakar ayam,” jelas Imam.
Jasad Rehan dimakamkan selepas sholat maghrib.
Adapun Ridlo sudah dipindahkan ke RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang atau RS Klipang guna perawatan lebih lanjut. Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang, Gunawan Saptogiri, turut melayat ke rumah duka di Pakintelan. Dia bersama rombongan takziah selepas waktu ashar.
Gunawan menyampaikan perasaan duka cita.
Menurutnya, keluarga besar Disdik merasa sangat kehilangan atas musibah yang menyebabkan 1 siswa meninggal tersebut.
Ia menambahkan, kejadian ini murni sebuah musibah. Instansinya sudah membicarakan secara kekeluargaan dan menyiapkan tali asih bagi keluarga korban.
“Dinas Pendidikan merasa kehilangan.
Adapun bagi yang kritis semoga cepat pulih. Mudah-mudahan tidak terjadi lagi di seluruh lembaga pendidikan di Semarang,” harap Gunawan. (gd/ R.1820).