BPNB Jogja Lawatan Sejarah di Semarang, Fitria Akhirnya Tahu Sejarah Lawang Sewu dan Kereta Api

Sharing is caring!

Semarang (BN News) – Peserta mengikuti lawatan sejarah yang digelar BPNB Jogja dan Disdikbud Jateng di Lawang Sewu. Ratusan siswa penuhi Lawang Sewu, baru- baru ini.

Sejak pukul 10 pagi, para siswa memakai pakaian putih itu mengunjungi tiap ruangan yang ada di bangunan sejarah Kota Semarang tersebut.

Dipandu seorang pemandu, ratusan siswa dan juga guru itu diajak berkeliling melihat-lihat isi di Lawang Sewu.

Para siswa juga diajak menyelami sejarah Indonesia terutama Jawa Tengah masa sebelum kemerdekaan.

Di mana kereta menjadi transportasi mewah bagi masyarakat berangkat dari satu kota ke kota yang lain.

Hal ini merupakan sekelumit suasana lawatan sejarah yang dilakukan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Jogja, yang bekerjasama dengan Disdikbud Jateng.

Fitria Rahayu, siswa asal Jogjakarta mengaku tercengang melihat peta persebaran jalur rel di masa lalu.
Menurutnya hanya sedikit kota di Jawa yang dilewati rel kereta api.

“Coba bayangkan hidup di zaman dahulu. 1910 rel kereta ke Klaten tidak ada. Sampai Solo masih harus pakai kendaraan lain ke Klaten,” ujarnya sambil melihat foto persebaran rel kereta api zaman dulu.

Ia juga asyik melihat sejumlah miniatur kereta api kuno yang ada di Lawang Sewu. Tak lupa ia memotretnya memakai kamera yang ada di ponsel pintar.

“Ternyata asyik belajar tentang sejarah Indonesia,” ungkapnya.

Selain Lawang Sewu, Kepala BPNB Jogja, Dwi Ratna Nurhajarini mengatakan lawatan sejarah dilakukan di berbagai tempat lain.

Di antaranya Sam Po Kong, Gereja Blenduk, Museum Palagan Ambarawa, Monumen Tugu Muda, dan lain-lain.
Lewat lawatan sejarah ia berharap generasi muda yang peduli terhadap sejarah bangsa semakin berpikir kritis terhadap sejarah Indonesia.

“Mereka juga belajar sejarah menjadi akar yang mencegah hilangnya budaya di tengah modernisasi,” urai Dwi.

Menurutnya, lawatan sejarah dilakukan baru- baru ini. Untuk tema lawatan sejarah yaitu generasi penerus merajut simpul keindonesiaan.

“Tema itu penting diangkat untuk menggugah kesadaran generasi muda pentingnya persatuan berdasar refleksi sejarah,” katanya.

Kegiaran ini diikuti 125 peserta terdiri dari siswa, guru dan SKPD Dinas Kebudayaan Jateng, Jogja dan Jatim. (andu/R.1820).

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.